PENDEKATAN
CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)
A.
Pengertian
Pendekatan CBSA
Pendekatan CBSA ( Cara Belajar
Siswa Aktif ) dapat di artikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual – emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila di perlukan. Pelibatan
intelektual – emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, di
arahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses
perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Keaktifan dalam pendekatan CBSA
menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun
untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
B.
Rasionalisasi
CBSA dalam Pembelajaran
Kita telah memasuki ambang
‘masyarakat belajar’, yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan masa seumur
hidup. John Dewey (1916 ) menyatakan bahwa, belajar menyangkut apa yang harus
di kerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari
murid-murid itu sendiri. Sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing dan
pengarah.
Gage dan Berliner mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.
Dalam proses pembelajaran masih
tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi
dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan dan terlibat
secara pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari
dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka
butuhkan.
Apabila kondisi proses pembelajaran
yang memaksimalakan peran dan keterlibatan guru serta meminimalkan peran dan
keterlibatan siswa terjadi pada pendidikan dasar, termasuk pada sekolah dasar
akan mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pendidikan dasar yakni meletakkan
dasar yang dapat di pakai sebagai batu loncatan untuk menggapai pendidikan yang
lebih tinggi, disamping kemampuan dan kemauan untuk belajar terus menerus
sepanjang hayatnya.
C.
Kadar CBSA
dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran CBSA terdapat
rentangan derajat/kadar yang disebabkan karena adanya kecenderungan peristiwa
pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan pembelajaran
yang berorientasi pada siswa. CBSA akan lebih banyak menunjukkan kadar
yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi pada siswa, dan akan
terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung berorientasi pada guru.
Mc Keachie mengemukakan 6 dimensi
proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar dalam CBSA, antara lain
:
1.
Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan
pembelajaran.
2.
Tekanan pada
aspek afektif dalam belajar.
3.
Partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar
siswa.
4.
Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.
5.
Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan
kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting kehidupan sekolah.
6.
Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi
masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan
dengan sekolah/pembealajaran.
Raka Joni (1992) mengungkapkan bahwa
sekolah yang menerapkan CBSA dengan baik memiliki karakteristik antara lain :
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar
mengajar standar akademis.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada kreativitas siswa
5. Penilaian dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa
Lindgren mengemukakan 4 kemungkinan interaksi pembelajaran, yaitu :
1. Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan
siswa penerima pesan.
2. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh balikan
dari siswa.
3. Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru mendapat balikan
dari siswa. Dan siswa dengan siswa, dimana siswa saling berinteraksi atau
saling belajar satu denagan yang lain
4. Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
D.
Prinsip-Prinsip CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku
belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan
tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik intelektual,
emosional, maupun fisik.
Prinsip-prinsip CBSA nampak pada 4
dimensi berikut :
1.
Dimensi subjek didik, meliputi :
a.
Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat,
serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar – mengajar.
Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya
dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu
mengeluaarkan pendapat.
b.
Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi
dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini
terwujud apabila guru bersikap demokratis.
c.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar
sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh
guru.
d.
Peranan
bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun termasuk
guru
2.
Dimensi guru, meliputi :
a. Adanya usaha
dari guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan semangat serta partisipasi
siswa secara aktif dalam proses belajar-menagajar.
b. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai ainovator dan motivator.
c. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
d. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta
tingkat kemampuan masing-masing.
e. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta
penggunaan multi media. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang
merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
3.
Dimensi program, meliputi:
a. Tujuan
instruksional, konsep, serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat,
serta kemampuan siswa. Merupakan
suatu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan guru.
b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas
siswa dalam proses belajar-mengajar.
c. Program yang
fleksibel (luwes), disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4.
Dimensi situasi belajar – mengajar, meliputi :
a. Situasi
belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, dan bersahabat antar
guru dengan siswa maupun antar siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
b. Adanya
suasana gembira dan bersemangata pada diri siswa adalam proses
belajar-mengajar.
E.
Hakikat dan
Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA
Hakikat dari CBSA adalah proses
keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar-mengajar yang
memungkinkan terjadinya :
1. Proses asimilasi / pengalaman kognitif yaitu memungkinkan terbentuknya
pengetahuan.
2. Proses
perbuatan / pengalaman langsung yaitu memungkinkan terbentuknya
keterampilan.
3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai yaitu memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
Sedangkan
yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada
perilakau siswa dan guru baik dalam program maupun proses pembelajaran. Rambu-rambu
yang dimaksud adalah :
1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.
2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan
dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk
ikut serta dalam proses pembelajaran.
4. Usaha dan
kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6. Rasa lapang
dan bebas yang ada pada diri siswa.
7. Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan
guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa.
8. Kualitas
guru sebagai innovator dan fasilitator.
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10. Kuantitas
dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
11. Ketertarikan
guru terhadap program pembelajaran.
12. Variasi interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
F.
Penerapan
CBSA
Dalam menerapkan konsep pembelajaran
CBSA, ada beberapa konsekuensi yang harus diterima. Menurut Gale (1975),
konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa
antara lain :
1. Guru merupakan seorang pengelola dan perancang dari pengalaman belajar.
2. Guru dan
siswa menerima peran kerjasama (partnership).
3. Bahan-bahan
pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya
4. Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar
5. Siswa
dilibatkan dalam pembelajaran.
6. Tujuan
ditulis scara jelas.
7. Semua tujuan diukur/di tes.
pembelajaran,
seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran
yang meliputi :
1. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai
yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
2. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi
pelajaran, urutaan, dan cara mempelajarinya.
3. Karakteristik siswa, yang mencakup karakteristik perilaku
masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain.
4. Karakteristik lingkungsn/setting pembelajaran, mencakup
kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan
pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman
kependidikannya, dan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar