Rabu, 12 Desember 2012

Model Pembelajaran SAVI



 
1.  Model Pembelajaran SAVI
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan (holistic) menyeluruh, belajar berdasarkan pengelaman, belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

2.  Prinsip Dasar Model Pembelajaran SAVI

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
1.      pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2.      pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3.      kerjasama membantu proses pembelajaran
4.      pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan
5.      belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
6.      emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7.      otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

3.  Karakteristik Model Pembelajaran SAVI

1. Somatic
Somatic” berasal dari Bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh.  Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika belajar.  Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang terpisah.  Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh.  Intinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh.  Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu.  Jadi dengan menghalangi pembelajar somatic menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.  Untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.  Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat membantu pembelajaran siswa dengan baik.

2. Auditori
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.  Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari.  Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.  Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara.  Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keteramipilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar.

3. Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

4.Intelektual
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut.  Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.  Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar.  Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. 

4.  Tahap-Tahap Model Pembelajaran SAVI
Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:
1.        Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a.     memberikan sugesi positif
b.      memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c.       memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d.      membangkitkan rasa ingin tahu
e.       menciptakan lingkungan fisik yang positif
f.       menciptakan lingkungan emosional yang positif
g.       menciptakan lingkungan sosial yang positif
h.      menenangkan rasa takut
i.         menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j.        banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k.       merangsang rasa ingin tahu siswa
l.        mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2.        Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a.     uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
b.      pengamatan fenomena dunia nyata
c.       pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
d.      presentasi interaktif
e.       grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
f.       aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g.      proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h.      latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i.        pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
j.        pelatihan memecahkan masalah

3.        Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a.       aktivitas pemrosesan siswa
b.      usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c.       simulasi dunia-nyata
d.      permainan dalam belajar
e.       pelatihan aksi pembelajaran
f.       aktivitas pemecahan masalah
g.      refleksi dan artikulasi individu
h.      dialog berpasangan atau berkelompok
i.        pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j.        aktivitas praktis membangun keterampilan
k.      mengajar balik

4.        Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:
a.       penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b.      penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
c.       aktivitas penguatan penerapan
d.      materi penguatan prsesi
e.       pelatihan terus menerus
f.       umpan balik dan evaluasi kinerja
g.      aktivitas dukungan kawan
h.      perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.



5.  Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran SAVI
Pembelajaran dalam pendekatan SAVI memiliki Kelebihan dan Kelemahan diantaranya seperti berikut :
1.        Kelebihan
a.       Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya
b.      Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar.
c.       Memupuk kerjasaa karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai.
d.      Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
e.       Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya.

2. Kelemahan
a.       Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.
b.      Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.
c.       Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
d.      Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi atau memberi nilai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar